UMAR BIN ABDUL
AZIS DAN ZAKAT
Umar bin Abdul Azis lahir pada tahun 63 H. Ia dilahirkan di kota Madinah. Ayahnya bernama
Abdul Azis dan Ibunya bernama Laila atau sering disebut Ummu Asim. Menurut
sebuah riwayat Umar bin Abdul Azis adalah cicit dari Umar bin Khattab. Untuk
lebih jelasnya seperti ini kisahnya :
Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya beronda pada malam
hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia mendengar dialog
seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.
Kata ibu
“Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak
sebelum terbit matahari”
Anaknya
menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang
kita berbuat begini”
Si ibu
masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.
Balas si
anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.
Umar
yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
Ketika
pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis
itu.
Kata
Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang
hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.
Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin
tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih
dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan
Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.
Umar bin Abdul Azis adalah khalifah ke – 8 dari Bani Umayyah. Masa
pemerintahannya hanya berkisar sekitar 2-3 tahun. Tetapi pada periode inilah
masa emas Bani Umayyah terjadi. Kemiskinan diminimalisir dengan sangat baik bahkan
hampir punah. Rakyat hidup sejahtera dan bahagia. Hanya dengan 2-3 tahun Umar
bin Abdul Azis melakukan itu semua. Pada masa itu sangat sulit mencari
orang-orang yang mau menerima zakat bahkan tidak ada lagi, semuanya ingin
menjadi pemberi zakat. Zakat yang dikumpulkan melimpah ruah di Baitul Mal.
Ada sebuah kisah yang menceritakan seorang panitia zakat/amil zakat
di Afrika mengabarkan kepada Umar bin
Abdul Azis bahwa harta zakat yang terkumpul tersisa banyak sekali.
“Wahai
Amirul Mukminin, zakat sudah dibagi-bagi kepada yang mustahiq tetapi masih bersisa banyak sekali” Kata pemuda itu.
“Nikahkanlah
semua pemuda yang mau menikah dengan harta zakat itu” Perintah Umar
“Sudah
kami nikahkan semua pemuda yang mau menikah tetapi masih sangat tersisa banyak
sekali” Ucap pemuda itu.
“Kalau
begitu bayarkanlah semua hutang-hutang orang yang berhutang” Perintah Umar lagi
“Sudah
kami bayarkan juga semua hutang-hutang orang yang berhutang tetapi masih juga
bersisa banyak wahai amirul mukminin” Kata pemuda itu.
Kira-kira
begitulah ilustrasi atau potret zakat pada masa itu. Sangat-sangat surplus
sekali.
Ternyata ada sebuah cara yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Azis
untuk mencapai semua itu. Sebelum mengoptimalkan fungsi zakat, Umar bin Abdul
Azis memperhatikan berbagai aspek perekonomian pada masa itu. Selain itu
dirinya sendiri juga menjadi penentu pengumpulan zakat pada masa itu.
Ketika diangkat menjadi khalifah ada beberapa hal yang diperhatikannya dan diperbaikinya.
Khalifah sebelum umar sangat tidak adil dengan masyarakat, ia merampas harta-harta rakyat dengan cara yang tidak baik. Menindas orang miskin dengan pajak-pajak yang sangat memberatkan.. Zakat-zakat dikutip dengan cara paksa, bagi yang tidak mau memberi zakat, maka pegawai zakat pada masa itu akan meminta dengan cara paksa bahkan dengan cara kekerasan. Harta yang diperoleh dari zakat/pajak disalurkan atau didistribusikan bukan pada tempatnya atau bukan pada orang yang tepat. Pada masa itu yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Ketika
Umar bin Abdul Azis diangkat menjadi khalifah semua harta yang ada pada
keluarga kerajaan dikembalikan kepada baitul mal dan masyarakat. Sontak hal itu
mengundang banyak protes dari pihak keluarga kerajaan. Banyak yang menentang
kebijakan Umar, tetapi Umar tetap pada pendiriannya.
Hingga
para keluarga kerajaan meminta seorang wanita yang sangat disegani di kerajaan,
yang Umar sangat patuh dan segan kepadanya untuk membujuknya mengembalikan
harta-harta mereka yang diambil oleh Umar.
Ketika
Wanita itu datang Umar bin Abdul Azis menyambutnya dengan sangat sopan dan baik
seperti biasa. Hingga akhirnya wanita itu menyampaikan maksud dan tujuannya
datang kepada umar adalah permintaan dari para keluarga kerajaan untuk
membujuknya mengembalikan harta mereka yang diambil. Tetapi setelah Umar
menjelaskan semuanya wanita itu memaklumi dan sangat bangga kepadanya.
Ketika keluar dari ruangan
Umar pihak keluarga kerajaan bertanya kepada wanita itu
“Bagaimana?
Apakah Umar mau mengembalikan harta kami” Tanya seorang anggota keluarga
“Sungguh
merugi kalian, kalian semua banyak yang merupakan keturunan Umar bin Khattab
tetapi hanya dia yang mirip dengan Umar bin Khattab” Kata Wanita itu.
Menerapkan Ekonomi Bebas Terikat
Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi
perekonomian pada masa itu. Semua masyarakat yang berdagang bebas memproduksi
apa saja dan menjual apa saja. Kecuali barang-barang yang haram seperti khamar.
Umar tetap melakukan pengawasan terhadap kebijakan ini.
Umar juga tidak ikut campur dalam hal penentuan
harga. Masyarakat bebas menetapkan harga barang dagangnya berapa. Hingga
seorang pengawalnya bertanya kepadanya.
“Wahai Amirul Mukminin, kenapa harga-harga
barang pada masa pemerintahanmu begitu mahal dari pada khalifah sebelumnya”.
Tanya pengawal itu.
“Biarlah seperti itu, orang-orang pasti akan
membeli barang-barang yang murah harganya dan bermanfaat, dari pada membeli
barang-barang mahal. Apabila penjual itu membuat harga tinggi maka dengan sendirinya
dia membuat dagangannya tidak laku.” Ucap Umar.
Mensejahterakan Petani
Pada zaman itu, sumber mata pencarian adalah petani. Maka umar
sangat memperhatikan nasib para petani. Pasa masa khalifah sebelumnya
petani-petani sangat tidak diperhatikan, bahkan mereka mengutip pajak yang
sangat besar kepada para petani. Padahal untuk membeli bajunya saja petani
tidak bisa. Hal itu membuat para petani sangat tersiksa. Bahkan para petani
enggan bertani lagi, mereka meninggalkan lahan mereka hingga lahan mereka
menjadi rusak.
Ketika menjabat sebagai khalifah semua itu di ubah oleh Umar bin
Abdul Azis. Ia menghapuskan pajak-pajak yang tidak sesuai syariat. Bahkan jika
ada petani yang mau bertani lagi dan tidak mempunya modal, ia memberikan
modalnya dari baitul mal. Selain itu umar juga membuka lahan-lahan baru untuk
digunakan bertani oleh para petani serta memperbaiki lahan-lahan yang telah rusak.
Dengan begitu para petani bisa bertani lagi tanpa harus takut terhadap
pajak-pajak yang menyiksa mereka.
Membangun Fasilitas Umum
Dengan uang yang melimpah di Baitul Mal Umar membangun
fasilitas-fasilitas seperti jalan umum, jembatan serta fasilitas lainnya. Hal
itu untuk memudahkan para pedagang yang ingin berdagang hingga keluar negeri
dan pedagang dari luar negeri berdagang ke daerah kekuasaannya.
Pribadinya yang Shaleh
Menurut beberapa riwayat Umar bin Abdul Azis juga merupakan seorang
ulama. Pribadinya yang shaleh dan sikap zuhudnya sangat terpancar dari
keseharian. Ia pribadi yang sangat sederhana, kekuasaan yang dimilikinya tidak
membutakan hatinya. Dia diangkat menjadi khalifah bukan karena permintaannya.
Tetapi karena permintaan khalifah sebelumnya yaitu Sulaiman bin Abdul Malik.
Ketika Sulaiman bin Abdul Malik wafat dan sepulang mengantarkan jenazahnya ke
pemakaman, ada suara gemuruh dari kejauhan, ternyata suara gemuruh itu adalah
kereta untuk mengantar pulang khalifah baru Umar bin Abdul Azis. Lantas Umar
bin Abdul Azis bertanya kepada pengawal
“Wahai pengawal untuk siapa kereta ini ?” Tanya Umar
“Wahai Amirul Mukminin inilah kereta untuk membawamu pulang ke
kerajaan, tempatmu yang baru” Kata pengawal itu.
Lalu Umar pun menyuruh mengembalikan kereta itu dan ikut
bersama-sama pulang dengan masyarakat lainnya. Begitulah kira-kira potret
kesederhanaan seorang pemimpin yang baru yang membawa kejayaan pada masa Bani
Umayyah.
Ada seoarang ulama yang mengatakan “Khalifah itu hanya ada 5, Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Azis.
Ulama lain juga ada yang mengatakan “Jika kau ingin melihat orang
yang mirip dengan Nabi, baik dari cara hidupnya, ibadahnya dan yang lainnya
maka lihatlah Umar bin Abdul Azis”
Ada banyak pujian-pujian yang diberikan oleh pada ulama kepada Umar
bin Abdul Azis, mungkin dari kedua contoh di atas sudah dapat menggambarkan
pribadi seorang Umar bin Abdul Azis itu seperti apa. Sangat-sangat mengaggumkan
sekali, sampai-sampai seorang ulama mengatakan pribadinya sangat mirip dengan
Nabi Muhammad SAW. Memang Umar bin Abdul Azis sangat mengidolakan Nabi Muhammad
SAW. Ia menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan yang sangat baik.
Nah, dari pribadinya yang sangat baik inilah dengan mudah ia
mengumpulkan zakat-zakat pada masa itu, Masyarakat sangat percaya kepadanya,
biasanya masyarakat memberikan zakat secara langsung kepada yang mustahiq
tetapi ketika ia menjabat sebagai khalifah masyarakat memberikan kepercayaan
kepada Umar bin Abdul Azis untuk mengelola zakat mereka. Mereka datang
beramai-ramai untuk memberikan zakat mereka.
Jadi dari ke 5 faktor inilah pengumpulan zakat pada masa itu sangat
melimpah. Masyarakat hidup aman dan sejahtera. Perekonomian berjalan stabil,
masyarakat tidak takut untuk keluar ketika malam hari serta zakat tersalur
dengan baik. Zakat di manage dengan sangat baik pada masa itu. Umar memilih
pegawai-pegawai yang amanah dalam pengumpulan zakat. Untuk pemberi zakat
diberikan stempel atau tanda transaksi bahwa dia sudah berzakat. Begitu juga
dengan yang menerima zakat mereka diberikan stempel atau tanda transaksi juga
sebagai tanda sudah menerima zakat.
Apakah di zaman sekarang akan lahir seorang Umar bin Abdul Azis
baru ? Seorang pemimpin yang sangat memperhatikan rakyatnya lebih dari
kepentingan pribadinya ? Seorang pemimpin yang shaleh yang memiliki pribadi
yang sangat baik ? Akankah ? Semoga !
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)